Tawangmangu

Grojokan Sewu

Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta

Yogyakarta

Pantai Parangtritis

Semarang

Tugu Muda Semarang

Pati

Waduk Gunungrowo

Jepara

Pantai Kartini

Sragen

Monumen Purbakala Sangiran

Boyolali

Tlatar (Tempat Pemandian, Pemancingan dan Obyek Wisata)

Klaten

Mata Air Cokro Tulung

Wonogiri

Waduk Gajah Mungkur

Tegal

Pemandian Air Panas (Guci)

Purwokerto

Batu Raden

Salatiga

Rawa Pening

Kendal

Goa Kiskendo

Demak

Masjid Agung Demak

Kudus

Menara Kudus

Purwodadi

Bleduk Kuwu

Blora

Taman Rekreasi Tirtonadi Blora

Cilacap

Benteng Pendem

Pemalang

Curug Bengkawah

Pekalongan

Batik Pekalongan

Friday, March 23, 2012

Kraton Kasunanan Surakarta


Kraton Kasunanan Surakarta:
Terletak dalam satu kompleks dengan Alun-Alun dan Masjid Agung. Sebuah pendapa terbuka besar berdiri megah tepat di seberang alun-alun, sementara bangunan utama kraton berada di belakangnya. Di dalam bangunan utama ini terdapat sebuah museum yang dulunya merupakan kompleks perkantoran pada jaman Paku Buwono X. Bangunan ini terbagi atas 9 ruang pameran yang berisi aneka macam benda dan pusaka peninggalan Kraton, hingga diorama kesenian rakyat dan upacara pengantin kerajaan lengkap dengan berbagai macam peralatannya. Sebuah lorong sempit menghubungkan museum dengan kompleks utama kraton. Untuk menghormati adat istiadatnya, kita tidak diperbolehkan mengenakan celana pendek, sandal, kaca mata hitam, dan baju tanpa lengan. Sandal juga dilepas dan kita harus berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pelataran yang konon diambil dari Pantai Selatan.

Jadwal Buka: Senin – Kamis pk 09.00 – 14.00 WIB || Sabtu – Minggu pk 09.00 – 13.00 WIB
Harga Tiket: Bangsal Pagelaran: Rp 2.500, Museum: Rp 8.000, Ijin kamera/video: Rp 3.500

Pura Mangkunegaran:
Karaton indah (Pura=Karaton=lstana) terletak di pusat kota Solo, di antara Jalan Ronggo Warsito, Jalan Kartini, Jalan Siswa, dan Jalan Teuku Umar. Pura Mangkunegaran menyimpan koleksi yang tak ternilai harganya, sebagian besar dari zaman Majapahit (1293-1478) dan Mataram (1586-1755) masa kekaisaran, tarian topeng klasik, wayang orang, pakaian, wayang kulit dan wayang kayu, patung-patung keagamaan, perhiasan dan benda-benda antikserta pusaka-pusaka lainnya. Pura ini terdiri atas dua bangunan utama: Pendapa (Balairung lstana, tempat menerima tamu) dan Dalem (Balairung Utama) yang dikelilingi oleh tempat tinggal para keluarga Raja. Bagian timur disebut Bale Peni tempat tinggal putra/pangeran. Bagian barat dinamakan Bale Warni tempat tinggat para putri. Di dalam Pura juga terdapat Perpustakaan Reksopustoko, berisi naskah-naskah keagamaan dan filsafat yang jarang ditemui, ditulis dalam gaya tulisan Jawa Kuno. Buka: Hari Senin – Sabtu jam 09.00 – 12.00 WIB | Hari Minggu jam 09.00 – 13.00 WIB.

Taman Sriwedari:
Pakubuwono X pada mulanya membuat Taman Sriwedari sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan bagi keluarga kerajaan, terinspirasi mitos tentang keberadaan sebuah taman di surga. Pada awalnya, taman ini terletak di sebuah lokasi yang dinamakan Kebon Rojo atau Taman Raja. Saat ini, taman rekreasi ini mempunyai beberapa fasilitas hiburan baik untuk anak kecil maupun dewasa, restoran-restoran kecil, dan stan penjualan suvenir. Di dalam kompleks taman ini juga terdapat sebuah atraksi yang terkenal yaitu wayang orang. Atraksi ini digelar tiap malam, menampilkan penari wayang orang dan penyanyinya.

Taman Balekambang:
Taman yang terletak di Jl. Ahmad Yani ini dulu bernama Partinah Bosch, dibangun oleh kerabat Mangkunegara. Kemudian dinamakan Balekambang karena di taman tersebut terdapat sebuah kolam ikan dan kotam renang yang di tengahnya terdapat rumah istirahat yang nyaman, dikelilingi kebun bunga yang sangat indah. Di samping tempat ini juga terdapat Gedung Kesenian Ketoprak Tradisional Balekambang dan kafe yang dikelola oleh seniman muda Solo. Perpaduan kesenian tradisional dan modern dalam suatu tempat, sebuah keunikan tersendiri.

Festival di Solo:
  


Solo Batik Carnival (SBC) diselenggarakan oleh Solo Center Point Foundation dan Pemerintah Kota Surakarta yang berlangsung di sepanjang Jalan Slamet Riyadi hingga Kantor Balai Kota Solo.. Karnaval ini terinspirasi dari Jember Fashion Carnaval (JFC), sebuah parade peragaan busana di jalanan. Sesuai dengan namanya Solo Batik Carnival, batik dijadikan sebagai sumber ide sekaligus materi utama penciptaan kostum karnaval yang fantastis. Mulai tahun ke-4 Solo Batik Carnival dilaksanakan pada malam hari. Kostum berbahan utama batik yang mewah dan megah serta sorotan lampu warna-warni menjadikan gelaran Solo Batik Carnival semakin istimewa. Tanggal pelaksanaan Solo Batik Carnival selalu berganti tiap tahunnya, namun mulai tahun 2009 Solo Batik Carnival selalu dilaksanakan pada bulan Juni.  


Sekaten: Kata Sekaten berasal dari istilah agama Islam, Syahadatain atau dua kalimat syahadat. Ritual untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW ini dimeriahkan berbagai pertunjukan dan pasar rakyat yang memasarkan souvenir dan kerajinan tangan lainnya. Ada pula pameran benda-benda pusaka di Pagelaran Keraton. Di bangsal Masjid Agung, dibunyikan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sarimulai pukul 09.00-24.00 (istirahat saat masuk waktu salat). Lokasi: Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta. Tahun 2012 sekatenan akan dilaksanakan pada tanggal 30 Januari – 05 Februari 2012.  

GREBEG SUDIRO

Grebeg Sudiro 2012:  Acara yang digelar untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek 2012. Gunungan dari ribuan kue keranjang dikirabkan di sekitar Pasar Gede. Puluhan peserta berbusana tradisional Jawa dan Tionghoa mengiringi dengan membawa lampion. Acara dimeriahkan dengan penampilan liong,barongsai dan kesenian lainnya. Lokasi: Kawasan Pasar Gede Solo. Tahun 2012 Grebeg Sudiro akan dilakasanakan pada tanggal 15 Januari 2012  

KIRAB MALAM 1 SURO

Kirab Malam 1 Sura:  Perayaan Tahun Baru menurut Kalender Jawa. Malam 1 Suro jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terkahir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro). Lokasi di Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Kraton Mangkunegaran. Keraton Kasunanan Surakarta: ritual 1 Sura juga dilakukan kirab benda-benda pusaka mengelilingi Benteng Keraton pada dini hari tanggal 8. Yang menarik adalah ikut sertanya beberapa kebo bule (kerbau albino) sebagai cucuk lampah (yang mengawali rombongan peserta kirab). Pura Kraton Mangkunegaran: dilakukan jamasan (pencucian) benda pusaka, kemudian dikirabkan keliling Pura Mangkunegaran.  

BENGAWAN SOLO GETHEK FESTIFAL

Bengawan Solo Gethek Festival 2010: Pagelaran seni dan budaya, baik berupa pertunjukkan seni, budaya maupun lukisan yang merupakan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Balekambang. Lokasi: Langengharjo – Jurug  

TINGGALAN DALEM JUMENENGAN

Tinggalan Dalem Jumenengan: Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun penobatan raja. Dalam acara ini sang raja duduk diatas dampar di Pendopo Agung Sasanasewaka dengan dihadap oleh para abdi dalem keraton sambil menyaksikan tari sakral ” Tari Bedoyo Ketawang ” yang ditarikan oleh 9 remaja putri yang belum menikah. Para penari terdiri dari para wayahdalem, santanadalem atau kerabat dalem lainnya atau dapat juga penari umum yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.  


GREBEG PASA

Grebeg Pasa: Grebek ini diadakan untuk merayakan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini berlangsung setelah melakukan sholat Ied. Prosesi acaranya sama dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak Gunungan dari Keraton ke Mesjid Agung untuk didoakan oleh ulama keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat pengunjung.  

SYAWALAN

Syawalan: Syawalan mulai diadakan satu hari setelah hari Raya Idul Fitri dan berlangsung di Taman Satwa Taru Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu “Larung Getek Jaka Tingkir” diadakan pembagian ketupat pada masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional.   

GREBEG BESAR

Grebeg Besar:  Untuk memperingati Ibadah Haji (Idul Adha). Acara ini berlangsung di depan Masjid Agung Solo. Puncak perayaan ditandai saat Hajad Dalem Gunungan dibawa dalam prosesi dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung. Lokasi: Keraton Kasunanan Surakarta – Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta.

Wednesday, March 21, 2012

Karanganyar Kota Intan Pari

Wisata karanganyar 



Berikut ini daftar Tempat Wisata yang terdapat di Kabupaten Karanganyar.

1. Puncak Lawu
Lokasi : Gondosuli, Tawangmangu.
Fasilitas : Jalan setapak, pos keamanan, penunjuk arah.

 Gng. Lawu

2. Pringgodani
Lokasi : Blumbang, Tawangmangu.
Fasilitas : Pancuran tujuh, barak penginapan, tempat ziarah (petilasan panambahan Koconagoro), jalan setapak.
 Pertapaan Pringgondani

3. Sekipan
Lokasi : Kalisoro, Tawangmangu.
Fasilitas : Gedung pertemuan, arena camping, arena perkemahan, jalan setapak
.Sekipan Kalosoro

4. Gunung Bromo
Lokasi : Delingan, Karanganyar.
Fasilitas : Panggung hiburan, arena bermain anak-anak, kopel peristirahatan, hutan lindung, waduk ndelingan ,petilasan Nyi Ageng Serang, jalan aspal.

 










5. Grojogan Sewu
Lokasi : Kalisoro, Tawangmangu.
Fasilitas : Air terjun, kios cinderamata, kolam renang, hutan lindung, fauna (kera).

6. Air Terjun Jumok
Lokasi : Berjo, Ngargoyoso.
Fasilitas : Air terjun, kolam renang.

7.candi cetho
Lokasi candi cetho terletak di desa Gumeng kecamatan Jenawi lereng gunung lawu
8.candi sukuhLokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu yakni di dukuh Berjo,
desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso

Candi Sukuh

Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan se?sualitas. 


Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995. Sejarah singkat penemuan Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. 


Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928. Lokasi candi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. 


Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta. 


Struktur bangunan candi angunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. 


Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir. Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen. Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Kedua candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi. Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhannya Majapahit, sehingga tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah. Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya. 
Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit. 


Teras pertama candi

Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah sangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi. 

Teras kedua candi
Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala, didapati pula, namun dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak patung-patung. Namun pada gapura ini terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. 

Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir duapuluh tahun dengan gapura di teras pertama. 

Teras Ketiga CandiPada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para pengunjung ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. 

Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yang mirip dengan bentuk alat wanita ini, menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. 

Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas. Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. 

Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. 

Urutan reliefnya adalah sebagai berikut. 


Relif Pertama
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa Lima. Kedua-duanya adalah putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti, istri utama Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: Yudhistira, Bima dan Arjuna. 

Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan.

 Relif Kedua
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. 

Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan KalaƱjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan KalaƱjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. 

Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran. 



Relif ke tiga
Relief ketiga Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas. Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.

 

 

 

 

Relief keempat 

  Adegan di sebuah taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.

   

 

Relief kelima 

Lukisan ini merupakan adegan adu kekuatan antara Bima dan kedua raksasa Kalantaka dan KalaƱjaya. Bima dengan kekuatannya yang luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku paƱcanakanya.

Patung-patung sang Garuda
 

Prasasti sukuh.
Lalu pada bagian kanan terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti.
Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta.


















Beberapa bangunan dan patung lainnya
Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.












Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kiri dan kanan yang berhadapan satu sama lain. 


Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas.
Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab seringkali diberi sesajian.


 

Tuesday, March 20, 2012

Grojogan 1000

Tawangmangu


Tawangmangu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kecamatan ini ternama karena merupakan daerah wisata yang sangat sejuk.

Tawangmangu dikenal sebagai obyek wisata pegunungan di lereng barat Gunung Lawu yang bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama sekitar satu jam dari Kota Surakarta (Solo). Tempat ini sejak masa kolonial Belanda telah menjadi tempat berwisata. Obyek tujuan wisata utama adalah air terjun Grojogan Sewu (tinggi 81 m). Di tempat tetirah ini tersedia berbagai sarana pendukung wisata seperti kolam renang dan berbagai bentuk penginapan. Dari Tawangmangu dapat dimulai pendakian ke puncak Gunung Lawu (Pos Cemorokandang). Selain itu, dari sini terdapat jalan tembus yang menuju ke Telaga Sarangan di Magetan lewat Cemorosewu.


Tawangmangu berada pada arel pegunungan yang subur dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Namun demikian kota kecil ini telah terkenal hingga ke manca negara karena kawasan ini merupakan obyek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. 

Selain udaranya yang sejuk, keindahan alam di sekitarnya tidak kalah menarik dengan kawasan lain di indonesia, terlebih lagi didaerah ini terkenal dengan produksi pertanian penghasil sayur mayur selain dari keberadaan obyek wisata Air Terjun Grojokan Sewu. Tawangmangu sendiri telah menjadi pilihan bagi orang-orang perkotaan untuk membangun villa-villa, maupun berinvestasi dengan mendirikan hotel-hotel & penginapan.


Untuk mendukung kemudahan dalam mengakses daerah ini, pemerintah telah mengusahakan perbaikan jalur transportasi dengan melakukan perawatan jalan dan pembangunan jalan baru lintas propinsi dari Tawangmangu sendiri yang berada di Jawa Tengah ke arah Magetan Jawa Timur. Dan sampai dengan saat proses pembangunan jalan masih terus berlangsung melewati perbukitan dan melintas di tengah-tengah lahan pertanian yang asri dengan pemandangan elok di kiri dan kanan sepanjang jalan baru ini. Selain pembangunan jalan, pemerintah juga telah melakukan Rebuilding secara total Pasar Tawangmangu yang tadinya berupa pasar tradisional yang kumuh, kini telah berupa bangunan megah Pasar Wisata, diharapkan dengan rehabilitasi pasar ini para wisatawan yang datang ke Tawangmangu dapat dengan mudah dan leluasa untuk berbelanja segala macam jenis oleh-oleh, maupun hasil bumi dengan lebih nyaman. Untuk itu jangan lewatkan kesempatan anda untuk berkunjung ke Tawangmangu. Ada beberapa lokasi yang sering menjadi lokasi tujuan wisatawan domestic maupun mancanegara, baik yang ada di Kecamatan Tawangmangu sendiri maupun daerah lain di sekitarnya yang dekat dapat diakses dari Tawangmangu, yaitu :

   1. Grojogan Sewu
   2. Air Terjun Pringgodani
   3. Puncak Lawu
   4. Sentra Tanaman Hias (Desa Nglurah)
   5. Bumi perkemahan
   6. Flying Fox

Kelurahan/desa
   1. Bandardawung
   2. Blumbang
   3. Gondosuli
   4. Kalisoro
   5. Karanglo
   6. Nglebak
   7. Plumbon
   8. Sepanjang
   9. Tawangmangu
  10. Tengklik


 Pintu Masuk

 Tangga 1000 Harapan......Rekosuuuuu....

Satpam ( galak )

 grojogan 1000
 tukang sate

kuliner...sate kelinci
Patung Villa Semar

 Kebun Sayur

Letusan Merapi

Erupsi Merapi 2010
 Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman. Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober.

Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan. Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah. Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November.

Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab.  Sleman  yang  masih  tetap
diberlakukan radius bahaya 20 km.

 Gbr. Pasca Letusan
 

Baron Beach

Pantai Baron 
Pantai Baron pantai paling populer di Gunungkidul, karena pantai ini adalah pantai pertama yang akan ditemui jika mengunjungi gugusan kecup mesra laut dan daratan, simbol keelokan wisata pantai Gunungkidul. Jajaran Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Krakal dan Pantai Sundak berderet di sana, memanjakan pengunjung akan keriuhan ombak pembawa kedamaian kalbu. 

Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 20 km arah selatan kota Wonosari (40 km dari kota Yogyakarta. yang menjadi saksi pertemuan antara air laut dan air tawar, yang merupakan hasil dari sungai yang bermuara di satu sudut pantai baron, sebagai perlambang berpadunya dua hati meski dengan perbedaan latar belakang akan dimanjakan dengan keelokan desir angin yang mengantarkan ombak tuk bercumbu dengan hamparan pasir, begitu sabar menunggu datangnya sang kekasih. 

Hasil kekayaan Baron seperti udang besar (lobster), ikan bawal putih, kakap, tongkol pun siap memanjakan pengunjung, baik yang masih segar ataupun yang siap saji. Sebagai Rekomendasi menu andalan di sini adalah Sop Kakap. Satu momen yang teramat sayang dilewatkan adalah Upacara Sedekah Laut yang diselenggarakan oleh masyarakat nelayan setempat setiap bulan suro dalam kalender jawa, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hasil laut yang telah diberikan.

Pantai Baron berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul, di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari.Pantai Baron adalah pantai yang memiliki ombak yang besar sehingga para pengunjung tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan dan harus waspada dan hati-hati bila ingin berenang di pantai ini. 

Bentuk Pantai Baron berupa teluk yang diapit oleh dua buah bukit di sisi kanan dan kirinya. Pasirnya berwarna cokelat menghampar di sepanjang pantai.Pantai Baron menjadi dermaga bagi para nelayan setempat,sehingga banyak dijumpai perahu-perahu nelayan yang bersandar di atas pasir. Di Pantai ini juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menjadi tempat para nelayan untuk menjual hasil tangkapannya. Di pantai ini, pengunjung bisa berenang sepuasnya dengan syarat untuk tidak melewati batas terjauh yang telah ditentukan. karena pantai ini memiliki ombak yang cukup besar. Pengunjung bisa bermain pasir sepuasnya, menikmati asinnya air laut,bermain sepak bola pun bisa atau menikmati angin laut yang berhembus kencang. Sehabis mandi dan bermain di air laut, pengunjung dapat mandi di muara sungai bawah tanah yang terdapat di sisi barat pantai ini. Air sungai bawah tanah ini cukup tawar dan segar. Airnyapun cukup jernih karena bersumber dari air bawah tanah perbukitan.
Setelah puas bermain di laut saatnya para pengunjung untuk mencicipi masakan laut hasil tangkapan para nelayan. Di tempat ini banyak restoran yang menyediakan berbagai masakan laut yang dapat dinikmati dengan harga terjangkau. Jika ingin memasak sendiri ikan tersebut,pengunjung bisa membelinya di TPI, tentu saja, ikan yang ada di sana masih segar karena langsung berasal dari hasil tangkapan laut.